9/10/2018

Sejarah Penulisan: Dari Zaman Yunani Hingga Periode Xx

Pendahuluan
Sejarah modern selama ini dianggap berasal dari eropa, sehingga sejarah historiografi eropa yang paling sering dibicarakan. Selain itu juga mengatakan pergantian pendekatan, pendekatan retorika, pendekatan sejarah kritis, dan pendekatan ilmu sosial.

Sejarah historiografi eropa akan dilihat sebagai tanda-tanda yang terikat oleh waktu (time bound) dan terikat oleh kebudayaan (culture bound) zamannya.

Zaman Yunani dan Romawi
Penulis sejarah dari Yunani yang populer yakni Herodotus (ca. 484-425 SM), Thucydides (ca. 456-396 SM), dan Polybius (ca. 198-117 SM).

Penulis sejarah Romawi yakni Julius Caesar (100-44 SM), Sallustius (ca. 86-34 SM), Livius (59 SM-17 M), dan Tacitus (ca. 55-120 M).
 Sejarah modern selama ini dianggap berasal dari eropa Sejarah Penulisan: Dari Zaman Yunani Sampai Abad XX
Sejarah Penulisan: Dari Zaman Yunani Sampai Abad XX

Zaman Nasrani Awal dan Zaman Pertengahan
Kemenangan kristen di eropa memiliki efek yang luas, termasuk dalam penulisan sejarah. Kebudayaan yunani dan romawi yang bersifat paganisme dan bertumpu pada kekuatan nalar dianggap hasil setan dan ditolak, digantikan oleh kebudayaan kristen yang bertumpu pada agama dan supernaturalisme. Sejarah dan teologi tidak sanggup dipisahkan.

Penulisan sejarah di eropa pada zaman kristen awal dan zaman pertengahan memiliki dua sentra yaitu, gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama.

Hasilnya berupa annals, chronicles, sejarah umum dan biografi.

Annals, yakni catatan insiden penting, biasanya dalam kalimat pendek
Chronicles yakni melukiskan insiden yang lebih luas
Sejarah umum bersifat sistematis dan disusun menurut topik
Biografi ditulis menurut pengalaman, biasanya oleh orang yang ditugaskan untuk itu.

Abad XVI: Zaman Renaissans, Reformasi dan Kontra-Reformasi
Para penulis sejarah renaissans mencerminkan harapan renaissans yang melihat semangat pagan dan kebudayaan klasik yunani-romawi sebagai model. Teologi tidak lagi menjadi fokus dan lukisan wacana keajaiban telah berkurang. Tetapi jangan dibayangkan itu sama dengan semangat kebudayaan modern. Renaissans melihat ke belakang, sedangkan kebudayaan modern melihat ke depan. Pada umumnya historiografi zaman ini memakai bahasa latin.

Zaman renaissans, reformasi dan kontra reformasi yang berlangsung kurang lebih pada era ke 16 memiliki tema yang sama, sekalipun dengan alasan yang berbeda, dengan zaman sebelumnya yaitu sejarah agama dan sejarah politik.

Abad XVII: Zaman Penemuan Daerah Baru
Penemuan daerah-daerah gres pada era ke-15, ke-16, dan ke-17 memiliki efek penting bagi perkembangan historiografi eropa. Hampir seluruh bangsa eropa yang memiliki kanal ke bahari menyumbang pertumbuhan historiografi. Pada zaman ini sejarah sosial menjadi tema utama.

Abad XVIII: Zaman Rasionalisme dan Pencerahan
Rasionalisme pada era ke-17 sebagaimana dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) dari prancis, francis bacon (1561-1626) dari inggris, dan baruch spinoza (1632-1677) dari belanda, gres mempengaruhi historiografi pada era ke-18. Sikap universal kaum rasionalis telah meluaskan pandangan orang eropa secara geografis. Topik yang sesuai dengan pandangan universal itu ialah sejarah peradaban. Ada 3 anutan utama yaitu yang radikal yang dipelopori oleh Voltaire, yang moderat dan konservatif dipelopori oleh Montesquieu, dan yang sentimental dipelopori oleh Rousseau.

Abad XIX: Zaman Romantisisme, Nasionalisme, dan Liberalisme
Historiografi dalam era XIX ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penghargaan kembali pada zaman pertengahan, (2) munculnya filsafat sejarah, (3) munculnya teori “orang besar”, (4) timbulnya nasionalisme dan (5) munculnya liberalisme sebagai jawaban revolusi inggris pada era ke-17, revolusi amerika, revolusi prancis, perang kemerdekaan prusia, dan revolusi pada 1830 serta 1848.

Akhir Abad XIX dan Abad XX: Sejarah Kritis dan Sejarah Baru
Sejarah gres menekankan pentingnya ilmu-ilmu sosial. Kalau historiografi klasik menekankan rhetorik, sedangkan historiografi modern menekankan kritik, maka sejarah gres menekankan ilmu sosial. Sejak itu ada pendekatan kembali sejarah dan ilmu-ilmu sosial.

Sekalipun ada kecenderungan balik yang menekankan sejarah naratif, menyerupai pada sejarah mentalitas dan sejarah kebudayaan, jadi sejarah kembali pada rhetorik, tetapi pendidikan ilmu sosial tetap penting.

Referensi:
Kuntowijoyo, 2001, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya
Kasdi Aminuddin, 2005, Memahami Sejarah, Surabaya, UNESA University Press
Sumber https://pendidikangeo.blogspot.com/
Comments

Add Your Comment
EmoticonEmoticon